Berbagai upaya yang dilakukan Institut Pluralisme Indonesia (IPI) untuk melestarikan batik lasem. Diantaranya dengan pemberdayaan kembali pengrajin-pengrajin batik lasem. Dari mereka, kemudian IPI melakukan pemberdayaan masyarakat setempat untuk memulai kreasi batik mereka.
Apalagi, sejak batik resmi menjadi warisan budaya dunia, kain bercorak itu kini kian populer. Tidak hanya di Indonesia tapi juga mancanegara. ’’Itu mendatangkan penghasilan tersendiri bagi para pengrajin batik. Bahkan, satu per satu mulai bermunculan industry batik lasem rumahan,’’ urai Direktur IPI Wiliam KHL di Jakarta, Selasa (1/1).
Dia mengaku terbantu dengan kian cintanya masyarakat Indonesia terhadap batik. Menurutnya, pekerjaannya menjadi kian mudah. Sebab, ’’anak asuhnya’’ kini sudah bisa menambah penghasilan, bahkan membuka lapangan pekerjaan.
"Tugas saya menjadi lebih ringan. Karena kini tugas saya hanya memperkenalkan batik lasem kepada masyarakat dari sisi pengetahuan budaya. Mudah-mudahan itu bisa menjadi jalan untuk menambah konsumen bagi pembatik-pembatik lasem," celetuknya santai lantas tersenyum.
Upaya lainnya yang dilakukan adalah mengadakan pameran. Hal ini untuk memperkenalkan batik lasem kepada masyarakat. Pihaknya tidak hanya berpameran di Jakarta, tapi juga merambah ke sejumlah negara tetangga.
Menurutnya, lewat pameran ada tiga sasaran yang bisa dicapai. Yaitu, apresiasi terhadap batik lasem, pengembangan jaringan khususnya bagi perajin batik lasem, dan juga sebagai upaya share untuk pengembangan industri kreatif batik di masa yang akan datang.
"Ini sekaligus sebagai refleksi dari hasil kerja IPI bagi revitalisasi budaya dan usaha kecil batik lasem selama lebih kurang lima tahun terakhir," ucapnya lagi. Lebih lanjut, dia menyebutkan, bahwa melakukan pendampingan para perajin batik lasem bukan perkara mudah.